![]() |
Makam Tengku Khalilullah alias Tengku Diujung Ulama yang Mengislamkan Simeulue |
Masuknya Islam di Simeulue pertama
kali disyiarkan oleh Tengku Khalilullah, atau dikenal sebagai Tengku Diujung,
alias Mohammadaan, dan memiliki nama asli Syeikh Leubeh Nalir. Tengku
Khalilullah diutus oleh Sultan Iskandar Muda untuk menyebarkan agama Islam ke
pulau “U” penamaan Simeulue pada masa Kesultanan Aceh yang bermakna (Pulau
Kelapa), sebelum akhirnya diubah oleh Tengku Khalilullah menjadi pulau Simeulue
diambil nama dari istrinya Putri Simeulur. Tengku Khalilullah lahir pada tahun
1558 M di Ulakan, Padang Pariaman, Sumatera Barat, dan dibesarkan dalam
lingkungan Kerajaan Pagaruyung. Pada awal abad ke-17, sekitar tahun 1614 M, ia
melakukan perjalanan ke Aceh dengan tujuan menunaikan ibadah haji. Namun,
perjalanannya ke Makkah tertunda, dan atas perintah Sultan Iskandar Muda, ia
diutus untuk menyebarkan Islam ke pulau “U” (Simeulue). Tengku Khalilullah
dalam misinya didampingi oleh Putri Meulue. Sebelumnya, Putri Meulue adalah
seorang tawanan perompak dari Pulau "U" (Simeulue) yang kemudian
menjadi bagian dari istana Kesultanan Aceh. Sultan Iskandar Muda menikahkan
Tengku Khalilullah dengan Putri Meulue, dan keduanya berlayar menuju Pulau
"U" (Simeulue) sekitar tahun 1614 M.
Setibanya di Simeulue, mereka
menghadapi perlawanan dari Raja Songsong Bulu, penguasa Kerajaan Inovalu—nama
awal Kerajaan Simolol sebelum mengenal Islam. Pada masa itu, Raja Songsong Bulu
dan rakyatnya masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Untuk
membuktikan kebenaran ajaran Islam, Tengku Khalilullah harus menjalani
serangkaian ujian kesaktian yang ditetapkan oleh Raja Songsong Bulu. Setelah
berhasil melewati berbagai tantangan, Raja Songsong Bulu akhirnya menerima
Islam dan memberikan izin untuk menyebarkan ajaran agama tersebut di Pulau
"U" (Simeulue).
Ajaran Islam yang disampaikan oleh
Tengku Khalilullah dan Putri Meulue semakin diterima oleh masyarakat Pulau
"U" (Simeulue). Mereka mengajarkan prinsip-prinsip Islam, seperti
cara berpakaian yang lebih tertutup, batasan pergaulan antara laki-laki dan
perempuan, serta konsep tauhid. Selain itu, mereka juga mendirikan Balee
Manyang pada tahun 1618 M sebagai tempat ibadah, pusat pelaksanaan salat fardu,
serta tempat berlangsungnya salat Jumat. Seiring berjalannya waktu, Balee
Manyang berkembang menjadi pusat pendidikan Islam pertama di Pulau
"U" (Simeulue) dan akhirnya berubah status menjadi masjid pertama di
pulau "U" (Simeulue).
Penyebaran Islam di Simeulue
membawa perubahan besar dalam struktur sosial dan budaya masyarakat Pulau
"U" (Simeulue). Nilai-nilai Islam secara bertahap menggantikan
praktik kepercayaan lama, dan wilayah ini semakin terintegrasi dalam jaringan keislaman
yang dipimpin oleh Kesultanan Aceh. Hingga kini, ajaran Tengku Khalilullah
masih memberikan pengaruh kuat dalam tradisi serta kehidupan keagamaan
masyarakat Simeulue.
Keberhasilan Tengku Khalilullah dalam menyebarkan Islam di Pulau Simeulue diabadikan melalui berbagai bentuk penghargaan dari pemerintah dan masyarakat setempat. Sebagai bentuk penghormatan, jalan utama yang mengelilingi Pulau Simeulue dinamakan Jalan Tengku Diujung. Masjid terbesar di pulau Simeulue, yang terletak di Air Dingin, Simeulue Timur, diberi nama Masjid Tengku Khalilullah sebagai bentuk penghargaan atas jasa beliau dalam dakwah Islam. Selain itu, nama Taman Putri Meulue di depan alun-alun pendopo bupati diambil dari nama istrinya, Putri Meulue, yang juga memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Simeulue. Bahkan, nama "Simeulue" sendiri berasal dari nama Putri Meulue, sebagai simbol kontribusi besar keluarga Tengku Khalilullah terhadap perkembangan Islam di wilayah pulau "U" (Simeulue).
0 Komentar